Komunitas Indonesian Crafter hadir di Koran Seputar Indonesia lhooh dan produk SawoKecik mejeng diujung kolom .. hehe .... terus semangat berkarya .... !!
terima kasih Chessie ... ^^
dan bisa baca versi online-nya disini http://
KREATIVITAS Tangan-Tangan Terampil |
Tuesday, 20 March 2012 | |
Indonesian Crafter punya arti luas. Tak cuma menampung mereka yang membuat sesuatu dari hasil jahit-menjahit, juga semua orang yang melakukan kerajinan tangan seperti clay, origami, scrapbooking, crochet dan kitting, print pattern, oshibana, bahkan teater boneka. Berawal dari kegemaran membuat kerajinan tangan yang terjalin antara para crafter via jejaring sosial Facebook, terjadilah pertemanan seperti bola salju. Dari sekadar online, perkumpulan mulai terbangun lewat acara kopi darat hingga mengikuti bazar. Dari sinilah, tercetus pendirian komunitas Indonesian Crafter (IC). Pada Desember 2011, IC terbentuk. Anggotanya saat itu baru 20 orang. Nama Indonesian Crafter akhirnya dipilih karena dianggap memiliki makna luas. Tak hanya mewakili kerajinan tangan dari hasil jahit-menjahit, juga kerajinan origami, scrapbooking, dan lain-lain. “Di belakang kata-kata Indonesian, kami pilih crafter dengan harapan dan doa supaya komunitas kami bisa juga bersaing dengan komunitas luar negeri. Kami akan dengan bangga menyebut diri kami ini Indonesian Crafter atau pekerja kriya dari Indonesia,” ujar pencetus Indonesian Crafter, Chesiria Tattia. IC punya kegiatan rutin yang disebut Arisan Crafter. Namun, jangan salah menilai, ini bukan arisan biasa. Di setiap pertemuan arisan ini selalu ada free mini workshop. Seperti arisan pada Maret ini, akan ada workshop membuat cincin dari kawat atau kabel dengan tutorial dari anggota IC yang menjadi tuan rumah. Selain itu, anggota IC juga akan mendapat ilmu kerajinan tangan baru, yang mungkin berbeda dari bidang yang sebelumnya digeluti. IC yang kini anggotanya sudah mencapai 300 orang, tidak hanya diisi oleh perajin dari berbagai bidang, tapi juga berbagai tingkatan. Ada yang sudah menerbitkan tiga hingga empat buku tutorial, ada juga yang masih pemula. Namun, Chesiria enggan menyebutnya sebagai anggota junior atau senior. “Kita ini semuanya sama-sama belajar hal baru dari orang lain. Jadi, enggak takut untuk bertanya atau ngobrol dengan anggota lain,” jelasnya. Chesiria sendiri mengaku mendapat banyak ilmu setelah membangun komunitas IC. Dia yang tadinya hanya bisa jahit-menjahit, kini tahu cara membuat dan menghias frame dengan kain perca. “Kalau member lain tadinya hanya tahu cara seni melipat atau origami, pada workshop mini yang akan datang akan belajar membuat oshibana,” ceritanya. Kalau dipikir-pikir, mengikuti IC membuat anggotanya belajar banyak hal baru tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal. “Itu kan amat luar biasa,” tambah Chesiria. Selain lewat workshop mini, bagibagi ilmu juga bisa dilakukan saat salah satu anggota diundang oleh komunitas dari luar negeri untuk bertukar karya. Setelah kembali ke Indonesia, mereka yang diundang pasti akan berbagi oleholeh berupa cerita atau liputan dengan foto-foto seru di blog masing-masing. Chesirian punya angan-angan, IC bisa punya majalah khusus tentang kerajinan tangan dari para crafter Indonesia. Sementara rencana jangka pendeknya, IC ingin mengadakan acara kerajinan tangan yang cukup besar. Semua produk yang ditampilkan benar-benar kerajinan tangan, bukan produksi pabrik, jadi akan sangat eksklusif. “Mudah-mudahan ada sponsor yang mau bekerja sama dengan kami, “ kata Chesiria. Ya, semoga saja! dyah ayu pamela |
Comments